"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS Ali Imron 139-140)
Jika mencermati kondisi ummat Islam belakangan ini sungguh menjadikan hati ini tersayat. Betapa penderitaan berkepanjangan yang menderanya tak kunjung berakhir, musibah demi musibah datang silih berganti, cobaan demi cobaan yang menyelimutinya tak kunjung lepas. Namun yang perlu kita sadari bersama bahwa kaum selain kita juga merasakan kesulitan yang sama. Hanya saja obyek perasaan derita kita berbeda dengan yang mereka rasakan. Kesulitan kita adalah betapa beratnya mempertahankan komitmen (iltizam), keteguhan (tsabat, kesabaran, serta konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan syariat Islam ditengah-tengah gegap-gempitanya manusia yang berkonspirasi memarjinalkan peran Allah dalam kehidupan ini.
Sedangkan kesulitan kaum kafir adalah mempertahankan status quo kebatilan ditengah maraknya kebangkitan ummat Islam (nahdatul Ummah). Fenomena kesadaran beragama para Mahasiswa, intelektual dan kaum perkotaan semakin menggeliat. Mereka berusaha secara maksimal untuk membendung gejala kesadaran kembali ke Islam. Nampaknya Kebangkitan Islam itu tidak bisa diredam dan diredupkan. Usaha mereka hanya sia-sia belaka.
Selengkapnya >>>
Jika mencermati kondisi ummat Islam belakangan ini sungguh menjadikan hati ini tersayat. Betapa penderitaan berkepanjangan yang menderanya tak kunjung berakhir, musibah demi musibah datang silih berganti, cobaan demi cobaan yang menyelimutinya tak kunjung lepas. Namun yang perlu kita sadari bersama bahwa kaum selain kita juga merasakan kesulitan yang sama. Hanya saja obyek perasaan derita kita berbeda dengan yang mereka rasakan. Kesulitan kita adalah betapa beratnya mempertahankan komitmen (iltizam), keteguhan (tsabat, kesabaran, serta konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan syariat Islam ditengah-tengah gegap-gempitanya manusia yang berkonspirasi memarjinalkan peran Allah dalam kehidupan ini.
Sedangkan kesulitan kaum kafir adalah mempertahankan status quo kebatilan ditengah maraknya kebangkitan ummat Islam (nahdatul Ummah). Fenomena kesadaran beragama para Mahasiswa, intelektual dan kaum perkotaan semakin menggeliat. Mereka berusaha secara maksimal untuk membendung gejala kesadaran kembali ke Islam. Nampaknya Kebangkitan Islam itu tidak bisa diredam dan diredupkan. Usaha mereka hanya sia-sia belaka.